Jakarta(Pinmas)--Guna peningkatan mutu pendidikan, Kementerian Agama berupaya melakukan percepatan bidang pendidikan termasuk akreditasi perguruan tinggi agama Islam baik negeri maupun swasta, demikian dikemukakan Dirjen Pendidikan Islam Nur Syam di Jakarta, Rabu (25/1). AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA
"Kami berupaya melakukan peningkatan kualitas, sehingga tidak ada lagi anggapan "kelas dua" terhadap pendidikan agama," kata Nur Syam disela seminar bertema "Refleksi Reformulasi Pendidikan Islam Dalam Konteks Kemajemukan Sosial" di Jakarta, Rabu (25/1). AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA, AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA
Untuk itu lanjut dia, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag mendorong semua perguruan tinggi agama Islam untuk melakukan proses akreditasi. "Sekarang ini baru 41 persen dari 600-an perguruan tinggi di lingkungan Kemenag bagi negeri dan swasta yang sudah terakreditasi," papar Nur Syam.
Ia berharap pada tahun 2014 tinggal 20 persen perguruan tinggi di Kemenag yang sudah terakreditasi. "Apakah terakreditasi A, B atau C, yang penting terakreditasi," imbuh mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya ini. Status akreditasi suatu perguruan tinggi merupakan cermin kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan dan menggambarkan mutu, efisiensi, serta relevansi suatu program studi yang diselenggarakan.
Sementara itu Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, dewasa ini pendidikan agama semakin terasa perlu bagi masyarakat. Untuk itu perlu ada aktualisasi dalam bidang pendidikan agama sehingga memberi pencerahan bukan sebaliknya. AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA,AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA
"Kita belajar agama bukan untuk lulus dengan nilai rapor tinggi, ukurannya tidak di situ. Tapi bagaimana interaksi dengan lingkungan hidup dan lainnya," kata Wamenag usai membuka seminar.
Dalam sambutan pembukaan Wamenag mengatakan, dewasa ini tata krama di kalangan pelajar semakin dirasakan menurun. Kadang dijumpai pula sekelompok orang atas nama demokrasi mengabaikan hak orang lain. Atas nama kekebasan pers, ada orang membuka aib keluarga sendiri. Atas nama HAM, sekelompok orang menuntut adanya kebebasan berpasangan hidup.
Dengan demikian, ada yang harus diaktualisasikan dalam bidang pendidikan untuk membentengi anak agar ke depan memperoleh pemahaman yang kuat. Pendidikan agama kini dirasakan semakin penting. Namun pertanyaannya, pendidikan yang bagaimana bentuknya. "Hal ini tidak mudah dilakukan," kata Nasaruddin Umar.
Ia mengatakan, Islam memiliki ajaran yang universal. Hal ini tak hanya harus diwujudkan dalam lingkungan pendidikan Islam seperti di pondok pesantren tetapi juga dapat dilaksanakan sampai tingkat universitas. Dalam kaitan ini ia mengingatkan bahwa membicarakan agama bukan berarti bicara masa lampau, tapi di dalamnya banyak nilai universal yang harus diamalkan dalam kehidupan keseharian. AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA
Seminar dalam rangkaian Hari Amal Bakti Kementerian Agama (Kemenag) ke-66 dihadiri Dirjen Pendidikan Islam, Nur Syam yang sekaligus pula menjadi nara sumber. Nara sumber lain Kacung Marijan, guru besar FISIP Universitas Airlangga Surabaya dan Soedjarto, guru besar Universitas Negeri Jakarta. (ks)
"Kami berupaya melakukan peningkatan kualitas, sehingga tidak ada lagi anggapan "kelas dua" terhadap pendidikan agama," kata Nur Syam disela seminar bertema "Refleksi Reformulasi Pendidikan Islam Dalam Konteks Kemajemukan Sosial" di Jakarta, Rabu (25/1). AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA, AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA
Untuk itu lanjut dia, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag mendorong semua perguruan tinggi agama Islam untuk melakukan proses akreditasi. "Sekarang ini baru 41 persen dari 600-an perguruan tinggi di lingkungan Kemenag bagi negeri dan swasta yang sudah terakreditasi," papar Nur Syam.
Ia berharap pada tahun 2014 tinggal 20 persen perguruan tinggi di Kemenag yang sudah terakreditasi. "Apakah terakreditasi A, B atau C, yang penting terakreditasi," imbuh mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya ini. Status akreditasi suatu perguruan tinggi merupakan cermin kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan dan menggambarkan mutu, efisiensi, serta relevansi suatu program studi yang diselenggarakan.
Sementara itu Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, dewasa ini pendidikan agama semakin terasa perlu bagi masyarakat. Untuk itu perlu ada aktualisasi dalam bidang pendidikan agama sehingga memberi pencerahan bukan sebaliknya. AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA,AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA
"Kita belajar agama bukan untuk lulus dengan nilai rapor tinggi, ukurannya tidak di situ. Tapi bagaimana interaksi dengan lingkungan hidup dan lainnya," kata Wamenag usai membuka seminar.
Dalam sambutan pembukaan Wamenag mengatakan, dewasa ini tata krama di kalangan pelajar semakin dirasakan menurun. Kadang dijumpai pula sekelompok orang atas nama demokrasi mengabaikan hak orang lain. Atas nama kekebasan pers, ada orang membuka aib keluarga sendiri. Atas nama HAM, sekelompok orang menuntut adanya kebebasan berpasangan hidup.
Dengan demikian, ada yang harus diaktualisasikan dalam bidang pendidikan untuk membentengi anak agar ke depan memperoleh pemahaman yang kuat. Pendidikan agama kini dirasakan semakin penting. Namun pertanyaannya, pendidikan yang bagaimana bentuknya. "Hal ini tidak mudah dilakukan," kata Nasaruddin Umar.
Ia mengatakan, Islam memiliki ajaran yang universal. Hal ini tak hanya harus diwujudkan dalam lingkungan pendidikan Islam seperti di pondok pesantren tetapi juga dapat dilaksanakan sampai tingkat universitas. Dalam kaitan ini ia mengingatkan bahwa membicarakan agama bukan berarti bicara masa lampau, tapi di dalamnya banyak nilai universal yang harus diamalkan dalam kehidupan keseharian. AKREDITASI PERGURUAN TINGGI AGAMA
Seminar dalam rangkaian Hari Amal Bakti Kementerian Agama (Kemenag) ke-66 dihadiri Dirjen Pendidikan Islam, Nur Syam yang sekaligus pula menjadi nara sumber. Nara sumber lain Kacung Marijan, guru besar FISIP Universitas Airlangga Surabaya dan Soedjarto, guru besar Universitas Negeri Jakarta. (ks)
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar