Pada huruf Aksara Jawa hanacara terdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena) yang biasa diurutkan menjadi sebuah cerita pendek, yaitu: “Hana caraka” tegese “Ana utusan” (hana caraka artinya ada utusan). “Data sawala” tegese “Padha garejegan” (data sawala artinya saling bertengkar). “Padha jayanya” tegese “Padha digjayane” (padha jayanya artinya sama-sama kuat). “Maga bathanga” tegese “Padha dadi bathang” (maga bathanga artinya sama-sama mati).
Untuk aksara jawa, ada banyak penafsiran yang mungkin didalamnya memang saling terkait atau dikait-kaitkan dengan kehidupan yang berjalan pada jaman itu. Semua perilaku, perjalanan, ataupun tatanan tingkah laku bisa dikaitkan didalam aksara jawa ini. Seperti tafsiran dari Pakubuwono IX, Raja Kasunanan Surakarta.
a. Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan ).
b. Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
c. Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.
d. Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
b. Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
c. Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.
d. Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Ada pengartian huruf lagi dari hanacaraka, yaitu:
a. Ha Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
a. Ha Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
b. Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara – pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
c. Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi – arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
d. Ra Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
e. Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
f. Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya
g. Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
h. Sa Sifat ingsun handulu sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
i. Wa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
j. La Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
k. Pa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah
l. Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
m. Ja Jumbuhing kawula lan Gusti – Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
n. Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah/kodrat Illahi
o. Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan
p. Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
q. Ga Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani
r. Ba Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam
s. Tha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
t. Nga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi manusia
c. Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi – arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
d. Ra Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
e. Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
f. Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya
g. Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
h. Sa Sifat ingsun handulu sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
i. Wa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
j. La Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
k. Pa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah
l. Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
m. Ja Jumbuhing kawula lan Gusti – Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
n. Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah/kodrat Illahi
o. Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan
p. Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
q. Ga Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani
r. Ba Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam
s. Tha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
t. Nga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi manusia
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar